Pengaruh globalisasi di kalangan remaja khususnya pelajar, tak jarang membuat mereka yang tidak siap telah kehilangan identitas kebangsaan. Akibatnya, banyak di antara pelajar yang tidak hapal Pancasila dan lagu wajib Indonesia Raya. Tak heran, ketidakpahaman dengan paham kebangsaan dan nasionalisme itu membuat di antara pelajar saling tawuran.
Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI), Ponco Sutowo, mengatakan sangat prihatian melihat kondisi bangsa khususnya generasi muda dalam memahami konsep kebangsaan yang cenderung ikut-ikutan hingga sangat banyak yang tidak memahami dan mendalami secara benar konsep tersebut.
Untuk itu demi membangun masa depan bersama, Ponco berharap agar semangat kebangsaan dirumuskan dengan sadar, disosialisasikan secara luas kepada masyarakat, dan penyelenggara negara harus memberi contoh positif kepada rakyatnya hingga semangat dan jiwa nasionalisme bangsa khususnya remaja sebagai generasi penerus tetap terpatri di dalam jiwa.
“Berbicara tentang bangsa berarti berbicara sebuah konsep tentang masa depan. Bangsa dan negara tidak mungkin dibentuk secara mendadak. Tapi dibentuk untuk mencapai tujuan dan terwujudnya kesejahteraan serta terjaminnya keamanan. Tapi saat ini yang ada negara bukan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan hingga yang saat ini terjadi negara layaknya tidak punya aturan,” ujarnya saat menjadi pembicara seminar, Menyegarkan Kembali Paham Kebangsaan dan Membumikan Rasa Bela Negara di hadapan 300 pelajar se-Jakarta Barat, Jumat (11/3).
Sumber : Klik disini
Senin, 07 November 2011
Kemanakah Semangat Nasionalisme Generasi Muda Zaman Sekarang ?
Di sela-sela mengajarnya Para Guru menanamkan rasa nasionalisme kepada anak didiknya, mereka mengemasnya dalam bentuk cerita patriotisme yang menyuguhkan alur cerita yang menarik, sehingga memancing perhatian para siswanya. Selain itu, sebelum pelajaran dimulai terkadang para siswa juga diminta menyanyikan lagu-lagu nasional oleh gurunya. Di lingkungan keluarga di masa penulis kecil atmosfir penerapan nilai sejarah dan nasionalisme perjuangan bangsa ini kerap diberikan. Misalnya orang tua pada suatu hari nasional meminta penulis memasang bendera sang merah putih di halaman rumah, dan orang tua menjelaskan alasan pemasangan bendera tersebut, sehingga penulis menganguk-angguk tanda mengerti…..hhmmmm…itu sedikit kisah sentimentil saya saja dikala masih di bangku SMP , dan rekaman pentarnsferan nilai nasionalisme masih terpatri walaupun mulai sedikit memudar dan bahkan mulai hilang.
Bandingkan dengan zaman sekarang, segalanya sudah berkembang pesat baik itu bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan teknologinya. Tapi kalau kita amati secara teliti, ada semangat dari bangsa ini yang mulai tergesek habis ditelan kemajuan zaman karena sistem yang membentuknya tidak berjalan maksimal. Salah satunya adalah nilai nasionalisme generasi mulai hilang melayang dipagut hingar bingar alunan musik modernisasi dan globalisasi. hampir secara menyeluruh seluruh lini di negeri ini melupakan penyemaian rasa kebangsaan kepada kaum muda, terutama para pelajarnya.
Pelajar zaman sekarang akan lebih cepat terprovokasi melakukan aksi tawuran daripada memproyeksikan kegiatan akademisnya. Pelajar SD akan fasih dan menjiwai jika disuruh menyanyikan lagu-lagu Ungu atau Paterpan daripada menyaynyikan lagu “Bagimu Negeri”. Pelajar SMP akan semangat dan bergairah jika membacakan karya-karya “Khalil Gibran” daripada membaca karya Chairil Anawar. Anak-anak SMA akan ogah-ogahan kalau disuruh Apel Bendera, tapi akan bersemangat 45 kalau Apel ke pacarnya. Fenomena-fenomena tersebut hanya sebagian kecil saja yang ada di sekitar kita, masih seabreg lagi prilaku-prilaku dan semangat patriotisme-nasionalisme yang mulai asing dengan konsep hidup zaman sekarang.
Salahkah generasimuda punya kecenderungan seperti itu ? jawabnya tentu tidak ! mereka kan tidak pernah tahu dan belum dilahirkan tatkala terjadinya Perang 10 November yang merenggut ribuan nyawa putra-putri terbaik bangsa ini, mereka tak kenal apa arti air mata penderitaan akibat kejamnya masa kolonial selain air mata para artis dan aktor dalam adegan di sebuah sinetron. Para remaja sekarang tidak akan mengerti bagaimana susahnya RA Kartini menempatkan wanita pada martabat yang tinggi.
Mungkin Arwah pahlawan di Alam sana banyak yang bergumam, Bukan ini balasan yang kami inginkan atas pengorbanan dan perjuangan kami….! Sia-sialah darah dan air mata kami yang sudah membasahi bumi pertiwi ini….! Jiwa dan raga kami memang sudah sirna, semangat nasionalisme harus tetap terjaga….! agar bangsa ini berdiri TEGAK dan BERMARTABAT di mata bangsa lain…
Pemuda di pundakmu kami sandarkan harapan dan cita-cita, di kepalamu kami tunggu pemikiran cemerlangmu, dan di tangan kekarmu kami titipkan kiprah-kiprah yang belum sempat digoreskan ke hidupan nyata….WAHAI Para generasimuda Jangan biarkan tangisan kami semakin keras karena sepak terjangmu !!! Tapi hiasi wajah-wajah kami dengan senyum dengan KARYA-KARYA yang spektakuler.
Sumber : Klik disini
Globalisasi dan Pemuda (Remaja) Indonesia
Masa muda atau remaja bagi sebagian orang berpendapat bahwa masa tersebut adalah masa yang mengasyikkan dan berkesan, pada masa itu seorang remaja baik laki-laki maupun perempuan tengah mencari dan mengenal kepribadian atau jatidiri dalam dirinya serta mencari sosok orang lain yang layak untuk menjadi panutan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Namun, berbeda halnya dengan pandangan bapak psikologi remaja Stanley yang berpendapat bahwa remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan, dimana masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan (storm and stress), masa yang penuh badai dan tekanan tersebut tak terlepas dari pengaruh lingkungan (globalisasi) yang terus berkembang.
Apabila bila kita berbicara tentang fungsi pemuda, mungkin diantara kita akan teringat sebuah pernyataan bijak yang menyatakan bahwa pemuda adalah penerus tonggak estafet kepemimpinan dimasa yang akan datang. Nasib dan kondisi suatu bangsa beberapa tahun kedepan ada pada peran daripada generasi muda, suatu bangsa akan maju dan sejahtera manakala generasi mudanya memiliki kemampuan dan kepedulian pada situasi dan kondisi bangsanya. Sama halnya dengan Indonesia yang saat ini membutuhkan figur kepemimpinan yang siap siaga melayani masyarakat serta memiliki kemampuan menerapkan nilai-nilai nasionalisme dalam berkehidupan bermasyarakat. Ketika kita berbicara kondisi pemuda di tanah air pada sekarang ini, apakah sudah nampak kesiapan mereka untuk mengemban amanah melanjutkan kepemimpinan bangsa untuk masa berikutnya ???, tentunya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Sumber :
Apabila bila kita berbicara tentang fungsi pemuda, mungkin diantara kita akan teringat sebuah pernyataan bijak yang menyatakan bahwa pemuda adalah penerus tonggak estafet kepemimpinan dimasa yang akan datang. Nasib dan kondisi suatu bangsa beberapa tahun kedepan ada pada peran daripada generasi muda, suatu bangsa akan maju dan sejahtera manakala generasi mudanya memiliki kemampuan dan kepedulian pada situasi dan kondisi bangsanya. Sama halnya dengan Indonesia yang saat ini membutuhkan figur kepemimpinan yang siap siaga melayani masyarakat serta memiliki kemampuan menerapkan nilai-nilai nasionalisme dalam berkehidupan bermasyarakat. Ketika kita berbicara kondisi pemuda di tanah air pada sekarang ini, apakah sudah nampak kesiapan mereka untuk mengemban amanah melanjutkan kepemimpinan bangsa untuk masa berikutnya ???, tentunya setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Sumber :
Rabu, 02 November 2011
Globalisasi vs Nasionalisme..
Assalamualaikum !! halo teman2 blogger dan pembaca setia blog saya :D hehe Selamat malam salam sejahtera buat kita semua !
Hmm.. temen2 tau nggak kalau kita itu adalah anak2 Indonesia ? kalau di tanya soal macem ini pasti semua menjawab iya. Tapi kalau ditanya, cinta nggak sama Indonesia ? Bangga nggak jadi anak Indonesia ?? Aku rasa jawabannya bakal beda-beda.
Menurut info dan berita serta bebrapa pendapat dari para orang tua, banyak anak2 remaja sekarang yang tidak lagi bangga dengan Indonesia. Mereka lebih bangga dengan musik2 ROCK, Alternative, Punk dsb. Alasannya sih globalisasi. :D bukan berarti nggak boleh lho suka atau jadi penggemar musik2 mancanegara, tapi jangan lupa identitas negara kita Indonesia. Toh juga ROCK indonesia bagus, lagu pop nya, regee keroncong dsb juga gak kalah populer ! Malah banyak turis yang bangga :D . Melihat sekarang di Indonesia aja udah carut-marut gini. Malah banyak juga orang-orang pinter yang ke luar negeri dan menjadi warga negara di sana. Sadarkah engkau ? justru Indonesia kini sedang butuh tangan2 kita semua para generasi muda yang hebat ( Amiin ya Allah :D ) untuk memperbaikinya, bukan minggat satu satu.
kita makan, hidup, mengenyam pendidikan di Indonesia. Kita lahir di Indonesia, kita makmur pun juga di Indonesia. Lalu apa balas jasa kita buat negeri ? Coba ! Pernah gak bayangin kalau kita udah jahat buanget ama negara kita. Udah kita hidup dengan fasilitas enak di Indonesia tapi setelah itu kita malah mencampakannya setelah kita sukses. (semoga kita jadi orang sukses yang beradab :D amiiin )
Aku juga sempet berfikir, terlitas gitu aja. Musik keroncong, gamelan, Kebo giro, langgam, canpursari kenapa udah gak ada "baunya" ? Tiap ada anak remaja yang memainkan lagu itu, kenapa dianggap tradisonal dan gak berpikiran maju ? HOEY !! Suka musik barat it's oke ! Tapi ingat, siapakah dirimu yang sebenarnya. Majukan dan mainkan musik2 ala kita ! Ala Orang2 Indonesia ! Cobalah bangga dengan apa yang kita punya. Bukankah Allah juga menyuruh kita bersyukur dengan apa yang kita miliki ? Nah salah satunya ya dengan gemar dengan musik sendiri.
"Cintailah negerimu, tanah airmu tumbuhkan semangat Nasionalisme ! Salah satu faktor menjadi orang besar ialah dia tidak pernah malu dengan apa yang dia punya, bahkan dia akan bersyukur dan membuatnya jadi lebih indah"
Oke deh sekian dulu, semoga bermanfaat. Komennya ditunggu ya :D
Wasslamualaikum wr wb
Klik disini
Hmm.. temen2 tau nggak kalau kita itu adalah anak2 Indonesia ? kalau di tanya soal macem ini pasti semua menjawab iya. Tapi kalau ditanya, cinta nggak sama Indonesia ? Bangga nggak jadi anak Indonesia ?? Aku rasa jawabannya bakal beda-beda.
Menurut info dan berita serta bebrapa pendapat dari para orang tua, banyak anak2 remaja sekarang yang tidak lagi bangga dengan Indonesia. Mereka lebih bangga dengan musik2 ROCK, Alternative, Punk dsb. Alasannya sih globalisasi. :D bukan berarti nggak boleh lho suka atau jadi penggemar musik2 mancanegara, tapi jangan lupa identitas negara kita Indonesia. Toh juga ROCK indonesia bagus, lagu pop nya, regee keroncong dsb juga gak kalah populer ! Malah banyak turis yang bangga :D . Melihat sekarang di Indonesia aja udah carut-marut gini. Malah banyak juga orang-orang pinter yang ke luar negeri dan menjadi warga negara di sana. Sadarkah engkau ? justru Indonesia kini sedang butuh tangan2 kita semua para generasi muda yang hebat ( Amiin ya Allah :D ) untuk memperbaikinya, bukan minggat satu satu.
kita makan, hidup, mengenyam pendidikan di Indonesia. Kita lahir di Indonesia, kita makmur pun juga di Indonesia. Lalu apa balas jasa kita buat negeri ? Coba ! Pernah gak bayangin kalau kita udah jahat buanget ama negara kita. Udah kita hidup dengan fasilitas enak di Indonesia tapi setelah itu kita malah mencampakannya setelah kita sukses. (semoga kita jadi orang sukses yang beradab :D amiiin )
Aku juga sempet berfikir, terlitas gitu aja. Musik keroncong, gamelan, Kebo giro, langgam, canpursari kenapa udah gak ada "baunya" ? Tiap ada anak remaja yang memainkan lagu itu, kenapa dianggap tradisonal dan gak berpikiran maju ? HOEY !! Suka musik barat it's oke ! Tapi ingat, siapakah dirimu yang sebenarnya. Majukan dan mainkan musik2 ala kita ! Ala Orang2 Indonesia ! Cobalah bangga dengan apa yang kita punya. Bukankah Allah juga menyuruh kita bersyukur dengan apa yang kita miliki ? Nah salah satunya ya dengan gemar dengan musik sendiri.
"Cintailah negerimu, tanah airmu tumbuhkan semangat Nasionalisme ! Salah satu faktor menjadi orang besar ialah dia tidak pernah malu dengan apa yang dia punya, bahkan dia akan bersyukur dan membuatnya jadi lebih indah"
Oke deh sekian dulu, semoga bermanfaat. Komennya ditunggu ya :D
Wasslamualaikum wr wb
Klik disini
Bangkitkan Nasionalisme Bareng “Youth Empowerment For Nations”
Siapa bilang memperingati hari Sumpah Pemuda harus dengan acara yang mewah dan meriah. ”Youth Empowerment For Nations”, adalah acara yang diadakan oleh teman-teman kita dari AIESEC Undip yang diadakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Acara yang digeber tanggal 28 Oktober 2011 ini mengangkat tema ”Youth Talk” ini dikemas secara sederhana lho.
Dengan menampilkan pembicara yang berbeda generasi, yaitu Garna Raditya yang mewakili dari generasi muda jaman sekarang dan bapak Kadarman, salah satu veteran perang. Malam itu Garna mengangkat tema seputar keadaan bangsa Indonesia sekarang ini. Cowok yang juga bekerja sebagai wartawan ini menjelaskan, sekarang ini bangsa Indonesia terutama para pemudanya sedang dijajah oleh kolonialisme. Banyak pemuda Indonesia yang sudah lupa akan sifat kenasionalisan untuk negaranya. Garna juga melempar beberapa pertanyaan, salah satunya adalah seberapa nasionalisme kita untuk menyelamatkan negara kita? Yup, beragam jawaban dilontarkan oleh beberapa peserta. Tanya-jawab ini membuat susana malam itu semakin akrab walaupun hanya menggunakan penerangan cahaya lilin. Hah? Lilin? Tenang dulu kawan, memang malam itu Semarang habis diguyur hujan deras ditambah lagi dengan mati listrik.
Nggak mau kalah dengan generasi muda, bapak Kadarman yang berstatus sebagai veteran perang juga ikut berbagi cerita dan pengalaman sebagai pemuda pada jaman dulu. Tapi jangan salah, biar statusnya sebagai veteran tapi semangat beliau untuk bercerita tetap berkobar, hehehee. Veteran asli Semarang ini menjelaskan kalau kemerdekaan bangsa Indonesia didapat secara bertahap. Nah, salah satu tahapan itu adalah adanya Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda sendiri merupakan embrio bagi para pemuda untuk menjadi semakin baik dan pemuda adalah penggerak bangsa ini. Pemuda Indonesia harus dan wajib memiliki rasa saling memiliki, karena dapat terhindar dari gerakan separatis yang bisa memecahkan persatuan bangsa. Dalam ceritanya bapak Kadarman juga berpesan, seluruh pemuda harus sopan santun di segala tempat dan keadaan, karena itu adalah modal untuk menjadi bangsa yang baik.
Kawan, sudah sepantasnya kita sebagai pemuda penurus bangsa wajib menanamkan sifat nasinalisme di dalam diri, nggak harus dengan cara yang menggebu-gebu dan anarkis, tetapi dengan menghayati dan memaknai nilai nasionalisme itu sudah cukup.
Memilih Gahwa Cafe sebagai diadakannya acara ”Youth Empowerment For Nations” ini, dan salut untuk panitia yang sudah bisa membuat acara amazing semacam ini. GO INDONESIA!
Sumber: Klik disini
nasionalisme remaja
ADA asumsi, remaja sekarang tak punya jiwa nasionalis. Anak muda sekarang berbeda dengan remaja dulu. Sekarang lebih mementingkan egonya. Beberapa dari mereka menolak asumsi tersebut. Menurutnya, tidak benar remaja sekarang tidak punya jiwa nasionalis.
Mereka juga menolak pendapat yang mengatakan anak muda hanya mementingkan ego pribadi. Walau banyak juga yang seperti itu, tapi tidak semuanya. Jadi tidaklah tepat, jika semua anak muda dipukul rata seperti itu hanya karena beberapa orang yang antipati pada negeri ini. ntinya masih banyak remaja yang punya jiwa kebangsaan.
Menilai anak muda sekarang bukanlah dengan kacamata dulu. Sebab, situasi dan kondisi-nya berbeda. Zaman dulu, anak muda yang mau mengangkat senjata melawan penjajah, dikategorikan nasionalis. Patokan itu jelas tidak relevan lagi bila diterapkan saat ini. Sekarang perang tak lagi berkecamuk. Karenanya mereka menampakkan rasa nasionalis dalam bentuk yang lain. Misalnya belajar serius dan menghasilkan sebuah karya yang mengharumkan bangsa Indonesia.
Beberapa remaja juga menolak bila nasionalisme selalu dikaitkan dengan perang dan politik. Menurut mereka, dengan tidak melakukan hal-hal negatif, sudah termasuk wujud cinta bangsa. Memakai produk dalam negeri pun bisa dianggap sebagai bentuk cinta tanah air. Bukan cuma pemuda sebagai pelajar, mereka yang kurang beruntung mengeyam pendidikan dan emnjadi tenaga kerja juga mempunyai dedikasi yang tinggi pada bangsa ini. Termasuk pemuda pemudi Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri, juga punya jiwa kebangsaan tinggi. Meski hanya kerja sebagai buruh, tapi dedikasi dan keuletan mereka sangat luar biasa. Penghasilan yang didapat di negeri orang, digunakan untuk membangun di kampung halaman. Mereka tetap ingat dengan tanah kelahirannya.
Langkah awal guna menyadarkan remaja untuk cinta tanah air juga bisa dibuat dalam format baru, misalnya setiap kali peringatan hari nasional diadakan kegiatan yang bisa emberikan saluran apresiasi terhadap anak muda. Lebih jauh lagi, di lingkungan keluarga dibentuk satu kebiasaan yang kondusif membentuk semangat patriotisme.***
Sumber: Klik disini
Mereka juga menolak pendapat yang mengatakan anak muda hanya mementingkan ego pribadi. Walau banyak juga yang seperti itu, tapi tidak semuanya. Jadi tidaklah tepat, jika semua anak muda dipukul rata seperti itu hanya karena beberapa orang yang antipati pada negeri ini. ntinya masih banyak remaja yang punya jiwa kebangsaan.
Menilai anak muda sekarang bukanlah dengan kacamata dulu. Sebab, situasi dan kondisi-nya berbeda. Zaman dulu, anak muda yang mau mengangkat senjata melawan penjajah, dikategorikan nasionalis. Patokan itu jelas tidak relevan lagi bila diterapkan saat ini. Sekarang perang tak lagi berkecamuk. Karenanya mereka menampakkan rasa nasionalis dalam bentuk yang lain. Misalnya belajar serius dan menghasilkan sebuah karya yang mengharumkan bangsa Indonesia.
Beberapa remaja juga menolak bila nasionalisme selalu dikaitkan dengan perang dan politik. Menurut mereka, dengan tidak melakukan hal-hal negatif, sudah termasuk wujud cinta bangsa. Memakai produk dalam negeri pun bisa dianggap sebagai bentuk cinta tanah air. Bukan cuma pemuda sebagai pelajar, mereka yang kurang beruntung mengeyam pendidikan dan emnjadi tenaga kerja juga mempunyai dedikasi yang tinggi pada bangsa ini. Termasuk pemuda pemudi Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri, juga punya jiwa kebangsaan tinggi. Meski hanya kerja sebagai buruh, tapi dedikasi dan keuletan mereka sangat luar biasa. Penghasilan yang didapat di negeri orang, digunakan untuk membangun di kampung halaman. Mereka tetap ingat dengan tanah kelahirannya.
Langkah awal guna menyadarkan remaja untuk cinta tanah air juga bisa dibuat dalam format baru, misalnya setiap kali peringatan hari nasional diadakan kegiatan yang bisa emberikan saluran apresiasi terhadap anak muda. Lebih jauh lagi, di lingkungan keluarga dibentuk satu kebiasaan yang kondusif membentuk semangat patriotisme.***
Sumber: Klik disini
Jumat, 28 Oktober 2011
Sumpah Pemuda, Wujud Nasionalisme Pemuda Indonesia
Berhubung hari ini bertepatan dengan hari sumpa pemuda, maka saya mencoba untuk membuat postingan tentang sumpah pemuda yang di peringati setiap tanggal 28 Oktober setiap tahunnya.
SUMPAH PEMUDA
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
SUMPAH PEMUDA
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda, namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
Kamis, 27 Oktober 2011
Penyebab memudarnya Nasionalisme dikalangan anak muda
Rasa nasionalisme dan patriotisme sangatlah penting, baik dikalangan orang dewasa, remaja maupun di kalangan anak-anak. Rasa nasionalisma dikalangan anak-anak bisa saja memudar karena faktor internal dan juga faktor eksternal. Berikut ini adalah Penyebab Memudarnya Nasionalisme dikalangan Anak. Check it Out!
Faktor Internal
1. Pemerintahan pd zaman reformasi yg jauh dari harapan para anak, sehingga membuat mrka kecewa pd kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus2 korupsi, penggelapan uang Negara, & penyalahgunaan kekuasaan olh para pejabat Negara membuat para pemuda enggan utk memerhatikan lagi pemerintahan.
2. Sikap keluarga & lingkungan sekitar yg tdk mencerminkan rasa nasionalisme & patriotisme, sehingga para anak meniru sikap tersebut. Para anak merupakan peniru yg baik terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Demokratisasi yg melewati batas etika & sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak & hilangnya optimisme, sehingga yg ada hanya sifat malas, egois & emosional.
4. Tertinggalnya Indonesia dgn Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tdk bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
5. Timbulnya etnosentrisme yg menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.
Faktor Eksternal
1. Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pd moral pemuda. Mrka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn kebudayaanya sendiri, sbg contohnya para pemuda lbh memilih memakai pakaian minim yg mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yg sopan yg mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai olh narkoba & minum2 keras, sehingga sgt merusak martabat bangsa Indonesia
2. Paham liberalisme yg dianut olh Negara2 barat yg memberikan dampak pd kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar & sikap acuh tak acuh pd pemerintahan.
Sumber : Klik disini
Faktor Internal
1. Pemerintahan pd zaman reformasi yg jauh dari harapan para anak, sehingga membuat mrka kecewa pd kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus2 korupsi, penggelapan uang Negara, & penyalahgunaan kekuasaan olh para pejabat Negara membuat para pemuda enggan utk memerhatikan lagi pemerintahan.
2. Sikap keluarga & lingkungan sekitar yg tdk mencerminkan rasa nasionalisme & patriotisme, sehingga para anak meniru sikap tersebut. Para anak merupakan peniru yg baik terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Demokratisasi yg melewati batas etika & sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak & hilangnya optimisme, sehingga yg ada hanya sifat malas, egois & emosional.
4. Tertinggalnya Indonesia dgn Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tdk bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
5. Timbulnya etnosentrisme yg menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.
Faktor Eksternal
1. Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pd moral pemuda. Mrka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn kebudayaanya sendiri, sbg contohnya para pemuda lbh memilih memakai pakaian minim yg mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yg sopan yg mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai olh narkoba & minum2 keras, sehingga sgt merusak martabat bangsa Indonesia
2. Paham liberalisme yg dianut olh Negara2 barat yg memberikan dampak pd kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar & sikap acuh tak acuh pd pemerintahan.
Sumber : Klik disini
Apa definisi nasionalisme remaja?
Nasionalisme tidak selalu dikaitkan dengan perang dan politik. Dengan tidak melakukan hal-hal negatif bagi kita, remaja sudah termasuk wujud cinta bangsa. Memakai produk dalam negeri pun bisa dianggap sebagai bentuk cinta tanah air. Bukan cuma pemuda sebagai pelajar, mereka yang kurang beruntung mengenyam pendidikan dan menjadi tenaga kerja juga mempunyai dedikasi yang tinggi pada bangsa ini. Termasuk pemuda pemudi Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri, juga punya jiwa kebangsaan tinggi. Meski hanya kerja sebagai buruh, tapi dedikasi dan keuletan mereka sangat luar biasa. Penghasilan yang didapat di negeri orang, digunakan untuk membangun di kampung halaman. Mereka tetap ingat dengan tanah kelahirannya.
Sumber : Klik disini
Sumber : Klik disini
Rabu, 26 Oktober 2011
Seberapa besar nasionalisme kalian???
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Ikatan nasionalisme dapat tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itulah, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai paham negara atau gerakan yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Saat ini, arus globalisasi begitu cepat masuk kedalam masyarakat, terutama di kalangan remaja.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda di negeri ini kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.
Tak usah jauh-jauh, dari cara berpakaian banyak remaja yang berdandan seperti selebritis yang cenderung mengarah ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Selain itu, gaya rambut juga berubah dengan cara dicat beraneka warna. Singkatnya, anak muda sekarang lebih suka menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Hanya sedikit remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai kepribadian kita.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau jadi apa generasi muda bangsa? Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?! Jiwa nasionalisme udah sepatutnya tumbuh di setiap warga karena otomatis menjadi kekuatan dari negara itu. Kalo udah cinta, pasti ingin selalu menjaga dan melindungi.
Tapi yang justru terjadi saat ini, jiwa nasionalisme malah semakin memudar seiring perkembangan zaman. Padahal, bagi kaum pelajar menumbuhkan dan menanamkan rasa nasionalisme cukup dengan melakukan kewajiban mereka, yaitu belajar.
Jiwa nasionalisme ini perlu ditekankan kepada pelajar karena merekalah yang akan memegang kekuasaan negeri ini. Dengan memiliki sikap nasionalisme, mereka akan tahu cara memimpin bangsa agar terus berkembang dan tidak dijajah lagi. Kita harus berusaha kekuatan jiwa nasionalisme itu tak pernah sirna, karena Indonesia adalah negara yang kaya. Setuju..??
sumber : klik disini
Ikatan nasionalisme dapat tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itulah, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri.
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai paham negara atau gerakan yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Saat ini, arus globalisasi begitu cepat masuk kedalam masyarakat, terutama di kalangan remaja.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda di negeri ini kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari anak muda sekarang.
Tak usah jauh-jauh, dari cara berpakaian banyak remaja yang berdandan seperti selebritis yang cenderung mengarah ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Selain itu, gaya rambut juga berubah dengan cara dicat beraneka warna. Singkatnya, anak muda sekarang lebih suka menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Hanya sedikit remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai kepribadian kita.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau jadi apa generasi muda bangsa? Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?! Jiwa nasionalisme udah sepatutnya tumbuh di setiap warga karena otomatis menjadi kekuatan dari negara itu. Kalo udah cinta, pasti ingin selalu menjaga dan melindungi.
Tapi yang justru terjadi saat ini, jiwa nasionalisme malah semakin memudar seiring perkembangan zaman. Padahal, bagi kaum pelajar menumbuhkan dan menanamkan rasa nasionalisme cukup dengan melakukan kewajiban mereka, yaitu belajar.
Jiwa nasionalisme ini perlu ditekankan kepada pelajar karena merekalah yang akan memegang kekuasaan negeri ini. Dengan memiliki sikap nasionalisme, mereka akan tahu cara memimpin bangsa agar terus berkembang dan tidak dijajah lagi. Kita harus berusaha kekuatan jiwa nasionalisme itu tak pernah sirna, karena Indonesia adalah negara yang kaya. Setuju..??
sumber : klik disini
Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Kepada Anak Sekolah
Kepala Staf Kodim 0508/Depok Mayor Inf Ariyo Windutomo mewakili Dandim 0508/Depok memberikan materi Wawasan Nusantara dan Bela Negara kepada siswa dan siswi SMP dan SMK Gelora. Bertempat di Aula Kodim 0508/Depok (06/10).
Sejumlah 80 orang siwa dan siswi hadir dalam kegiatan ini. Turut hadir pada kegiatan tersebut Kepala Sekolah dan Guru SMP dan SMK Gelora, Pasiops, Pasiter Kodim 0508/Depok.
Kegiatan tersebut adalah untuk memberikan gambaran akan pentingnya Wawasan Nusantara dan Bela Negara kepada siswa dan siswi agar kelak mereka dapat menumbuhkan jiwa Nasionalisme mereka serta mereka dapat mengisi dan menjaga Kemerdekaan ini dengan melakukan hal hal yang terbaik disamping itu juga dapat menjadi bekal dalam kehidupan dan melanjutkan pendidikan.
Sumber : Klik disini
Sejumlah 80 orang siwa dan siswi hadir dalam kegiatan ini. Turut hadir pada kegiatan tersebut Kepala Sekolah dan Guru SMP dan SMK Gelora, Pasiops, Pasiter Kodim 0508/Depok.
Kegiatan tersebut adalah untuk memberikan gambaran akan pentingnya Wawasan Nusantara dan Bela Negara kepada siswa dan siswi agar kelak mereka dapat menumbuhkan jiwa Nasionalisme mereka serta mereka dapat mengisi dan menjaga Kemerdekaan ini dengan melakukan hal hal yang terbaik disamping itu juga dapat menjadi bekal dalam kehidupan dan melanjutkan pendidikan.
Sumber : Klik disini
Nasionalisme remaja aceh mulai terkikis
Semangat nasionalisme anak-anak muda Aceh dan warga Aceh mulai terkikis. Padahal dalam sejarah Aceh tercatat, masyarakat Aceh sejak kemerdekaan sangat cinta pada bangsa ini, dengan dibuktikan menyumbang dua pesawat untuk diplomasi negara ini. Maka demikian, untuk menumbuhkan kembali semangat tersebut, Polda Aceh semakin giat untuk menjalankan program kemitraan yang di dalamnya berisikan hal-hal yang berkaitan dengan wawasan kebangsaa. Implementasi Bhineka Tunggal Ika bagi generasi muda.
Direktur Binmas Polda Aceh Kombes (Pol) Agus Nugroho mewakili Kapolda Aceh dalam sebuah diskusi publik HUT ke-47 Partai Golkar Minggu (23/10) menyatakan, generasi mudah Aceh hendaknya menyesuaikan dirinya dengan kondisi masyarakat Aceh yang Islami serta memiliki wawasan, semangat idealisme dalam rangka ikut membangun bangsa dan negara. Harusnya, kata dia, generasi muda Aceh bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tatanan nilai-nilai budaya Aceh. "Jika dikaitkan dengan budaya Aceh, ada kelompok-kelompok punk di kota Banda Aceh ini. Hal ini kita benahi bersama untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dikaitkan dengan nilai-nilai lokal masyarakat sekarang ini,” imbuhnya.
Dia menyampaikan, filosofi kebangsaan sejak reformasi bergulir telah terjadi demokratisasi pada bangsa Indonesia. Dipengaruhi dengan globalisasi dikaitkan dengan perkembangan informasi teknologi dunia. Jika tidak dilandasi dengan sikap cinta tanah air dan wawasan kebangsaan, maka akan terjadi lunturnya nilai-nilai kebangsaan kita. ”Di Banda Aceh saja ada yang tidak tau tentang lagu Indonesia dan lagu-lagu daerah,” katanya.
Dikaitkan dengan masa konflik yang panjang di Aceh berdampak pada aspek ideologi, kamtibmas, agama, sosial, budaya dan ekonomi. Akibatnya dirasakan saat ini. "Hari ini, akibat konflik masa lalu sangat kuat mempengaruhi wawasan dan pandangan rakyat Aceh terhadap cinta bangsa dan tanah air Indonesia yang menurun itu. Tindak pidana kriminalitas meningkat di Aceh, Aceh dijadikan daerah basis latihan militer,” sebutnya.
Oleh demikian, untuk menjadi anak muda yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, maka perlu dilakukan re-orientasi, re-aktualisasi dan re-vitalisasi untuk memunculkan nilai-nilai luhur dalam diri anak muda Aceh. Tahun kemitraan bagi Polri saat ini, lanjut dia, melakukan program-program penguatan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Program ini timbul karena dengan data yang kita miliki hingga ke Polsek dan Polres. Salah satunya adalah, program Polisi masuk sekolah, untuk menanamkan rasa kebangsaan, karakter dan budaya bangsa bagi anak-anak bangsa.
Dia melanjutkan, peran tokoh masyarakat Aceh di Aceh tidak disegani lagi. Seharusnya persoalan masyarakat itu cukup bisa diselesaikan ditingkat tokoh masyarakat itu atau tingkat desa/kecamatan saja tidak perlu ditangani polisi. Nilai-nilai polisi yang islami sedang ditumbuhkan di Aceh, seperti menjalankan azaz Tribarata, bersama trilaku Islami, kebijakannya tidak ada satupun polisi yang nakal, melanggar akan ditarik dan diberi hukuman. Program ini dikembangkan Polda Aceh untuk ikut mengarahkan generasi muda Aceh.
Sehingga mereka akan mampu membangun bangsa dan adab Aceh masa depan. Implementasi kebhinekaan itu, tentu diawali dengan memahami adat istiadat budaya Aceh itu sendiri. Kemudian memperkuat karakteristik masyarakat Aceh sendiri.”Untuk kami Polri, sedang diterapkan kebijakan mengutamakan calon polisi berlatar belakang pesantren Aceh, sehingga tidak akan terlalu sulit menjadi polisi yang kuat syariatnya dan bisa menyusaikan dengan budaya adat istiadat masyarakat Aceh,” imbuhnya. (slm)
Sumber : Klik di sini
Direktur Binmas Polda Aceh Kombes (Pol) Agus Nugroho mewakili Kapolda Aceh dalam sebuah diskusi publik HUT ke-47 Partai Golkar Minggu (23/10) menyatakan, generasi mudah Aceh hendaknya menyesuaikan dirinya dengan kondisi masyarakat Aceh yang Islami serta memiliki wawasan, semangat idealisme dalam rangka ikut membangun bangsa dan negara. Harusnya, kata dia, generasi muda Aceh bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tatanan nilai-nilai budaya Aceh. "Jika dikaitkan dengan budaya Aceh, ada kelompok-kelompok punk di kota Banda Aceh ini. Hal ini kita benahi bersama untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dikaitkan dengan nilai-nilai lokal masyarakat sekarang ini,” imbuhnya.
Dia menyampaikan, filosofi kebangsaan sejak reformasi bergulir telah terjadi demokratisasi pada bangsa Indonesia. Dipengaruhi dengan globalisasi dikaitkan dengan perkembangan informasi teknologi dunia. Jika tidak dilandasi dengan sikap cinta tanah air dan wawasan kebangsaan, maka akan terjadi lunturnya nilai-nilai kebangsaan kita. ”Di Banda Aceh saja ada yang tidak tau tentang lagu Indonesia dan lagu-lagu daerah,” katanya.
Dikaitkan dengan masa konflik yang panjang di Aceh berdampak pada aspek ideologi, kamtibmas, agama, sosial, budaya dan ekonomi. Akibatnya dirasakan saat ini. "Hari ini, akibat konflik masa lalu sangat kuat mempengaruhi wawasan dan pandangan rakyat Aceh terhadap cinta bangsa dan tanah air Indonesia yang menurun itu. Tindak pidana kriminalitas meningkat di Aceh, Aceh dijadikan daerah basis latihan militer,” sebutnya.
Oleh demikian, untuk menjadi anak muda yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, maka perlu dilakukan re-orientasi, re-aktualisasi dan re-vitalisasi untuk memunculkan nilai-nilai luhur dalam diri anak muda Aceh. Tahun kemitraan bagi Polri saat ini, lanjut dia, melakukan program-program penguatan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Program ini timbul karena dengan data yang kita miliki hingga ke Polsek dan Polres. Salah satunya adalah, program Polisi masuk sekolah, untuk menanamkan rasa kebangsaan, karakter dan budaya bangsa bagi anak-anak bangsa.
Dia melanjutkan, peran tokoh masyarakat Aceh di Aceh tidak disegani lagi. Seharusnya persoalan masyarakat itu cukup bisa diselesaikan ditingkat tokoh masyarakat itu atau tingkat desa/kecamatan saja tidak perlu ditangani polisi. Nilai-nilai polisi yang islami sedang ditumbuhkan di Aceh, seperti menjalankan azaz Tribarata, bersama trilaku Islami, kebijakannya tidak ada satupun polisi yang nakal, melanggar akan ditarik dan diberi hukuman. Program ini dikembangkan Polda Aceh untuk ikut mengarahkan generasi muda Aceh.
Sehingga mereka akan mampu membangun bangsa dan adab Aceh masa depan. Implementasi kebhinekaan itu, tentu diawali dengan memahami adat istiadat budaya Aceh itu sendiri. Kemudian memperkuat karakteristik masyarakat Aceh sendiri.”Untuk kami Polri, sedang diterapkan kebijakan mengutamakan calon polisi berlatar belakang pesantren Aceh, sehingga tidak akan terlalu sulit menjadi polisi yang kuat syariatnya dan bisa menyusaikan dengan budaya adat istiadat masyarakat Aceh,” imbuhnya. (slm)
Sumber : Klik di sini
Kamis, 13 Oktober 2011
Pudarnya Rasa Nasionalisme Pemuda Indonesia
Pudarnya Rasa Nasionalisme Pemuda Indonesia
Oleh : Riyantinah | 30-Jun-2011, 10:50:12 WIB
KabarIndonesia - Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Sekarang rasa nasionalisme dan kebangsaan sebagian besar dari kita telah memudar, memudarnya rasa cinta terhadap tanah air ini dilihat minimnya pemahaman remaja akan nilai-nilai budaya. Remaja sekang lebih cenderung mengikuti budaya barat yang sangat jauh perbandingannya dengan norma dan adat istiadat bangsa Indonesia.
Remaja sekarang lebih senang dengan hal-hal dan produk-produk impor dibanding dengan produl lokal sendiri. Mereka bangga jika menggunakan baju atau barang-barang dari merk luar negri. Mereka malu menggukan roduk lokal yang mereka anggap produk lokal itu tidak mengikuti perkembangan zaman.
Yang perlu diperhatikan lagi bahwa anak bangsa sering lupa akan lagu kebangsaannya sendiri. Banyak lagu-lagu yang tidak dapat meningkatkan rasa nasionalisme anak bangsa diputar dan di publis kan. Apabila ditanya kepada anak bangsa mengenai “lagu favorit mereka ?” mereka tidak akan menyebut lagu kebangsaanya tetapi menyebut lagu-lagu yang tidak memicu rasa nasionalisme.
Dimana peran pemerintahan dalam menanggulangi hal ini? Mereka perlu ditanamkan kembali rasa akan cinta tanah air dan bangga dengan bangsanya sendiri. Inilah tugas pemerintah untuk membangkitkan rasa nasionalisme yang tidak dimiliki oleh remaja. Meningkatkan kulaitas dan kuantitas produk dan hl-hal yang menyangkut bangsa indonesia. Sehingga rasa nasionalisme dari bangsa ini tidak pudar dan hilang dengan begitu saja.
Sumber : Klik disini
Oleh : Riyantinah | 30-Jun-2011, 10:50:12 WIB
KabarIndonesia - Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Sekarang rasa nasionalisme dan kebangsaan sebagian besar dari kita telah memudar, memudarnya rasa cinta terhadap tanah air ini dilihat minimnya pemahaman remaja akan nilai-nilai budaya. Remaja sekang lebih cenderung mengikuti budaya barat yang sangat jauh perbandingannya dengan norma dan adat istiadat bangsa Indonesia.
Remaja sekarang lebih senang dengan hal-hal dan produk-produk impor dibanding dengan produl lokal sendiri. Mereka bangga jika menggunakan baju atau barang-barang dari merk luar negri. Mereka malu menggukan roduk lokal yang mereka anggap produk lokal itu tidak mengikuti perkembangan zaman.
Yang perlu diperhatikan lagi bahwa anak bangsa sering lupa akan lagu kebangsaannya sendiri. Banyak lagu-lagu yang tidak dapat meningkatkan rasa nasionalisme anak bangsa diputar dan di publis kan. Apabila ditanya kepada anak bangsa mengenai “lagu favorit mereka ?” mereka tidak akan menyebut lagu kebangsaanya tetapi menyebut lagu-lagu yang tidak memicu rasa nasionalisme.
Dimana peran pemerintahan dalam menanggulangi hal ini? Mereka perlu ditanamkan kembali rasa akan cinta tanah air dan bangga dengan bangsanya sendiri. Inilah tugas pemerintah untuk membangkitkan rasa nasionalisme yang tidak dimiliki oleh remaja. Meningkatkan kulaitas dan kuantitas produk dan hl-hal yang menyangkut bangsa indonesia. Sehingga rasa nasionalisme dari bangsa ini tidak pudar dan hilang dengan begitu saja.
Sumber : Klik disini
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
Referensi
Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara
Krsna @Yahoo.com. Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.2005.internet:Public Jurnal
Sumber : Klik disini
Nasionalisme Remaja Yang Menurun
bertepatan dengan pengumuman hasil ujian untuk Sekolah Menengah Atas ( SMU ) di Seluruh Indonesia. Sambil menunggu hasil kelulusan yang membuat cemas dan menentukan nasib mereka , siswa kebanyakan menunggu di sekolah dengan teman-temannya.
Akhirnya setelah menunggu lumayan lama siswa SMU akhirnya mendapatkan hasilnya. ada yang lulus dan ada yang tidak. tapi menurut Dinas Pendidikan Siswa yang lulus mengalami peningkatan.
Seperti tahun-tahun yang lalu kelulusan diwarnai dengan konvoi motor, coret-coret baju dan juga ada yang menyumbangkan pakaian smunya. tapi tahun ini sangat memprihatinkan karena ada salah satu siswa dari SMU dari salah satu daerah di Indonesia. Dimana Siswa tersebut tidak mencoret-coret bajunya tetapi mencoret-coret bendera merah putih dan sambil berkonvoi keliling daerahnya. Hal ini sangat memprihatinkan karena ini membuktikan pendidikan di Indonesia masih kurang untuk meningkatkan rasa nasionalisme . mudah-mudahan siswa tersebut diberikan hikmah agar bisa bangga terhadap bangsanya sendiri.
Sumber : Klik disini
Akhirnya setelah menunggu lumayan lama siswa SMU akhirnya mendapatkan hasilnya. ada yang lulus dan ada yang tidak. tapi menurut Dinas Pendidikan Siswa yang lulus mengalami peningkatan.
Seperti tahun-tahun yang lalu kelulusan diwarnai dengan konvoi motor, coret-coret baju dan juga ada yang menyumbangkan pakaian smunya. tapi tahun ini sangat memprihatinkan karena ada salah satu siswa dari SMU dari salah satu daerah di Indonesia. Dimana Siswa tersebut tidak mencoret-coret bajunya tetapi mencoret-coret bendera merah putih dan sambil berkonvoi keliling daerahnya. Hal ini sangat memprihatinkan karena ini membuktikan pendidikan di Indonesia masih kurang untuk meningkatkan rasa nasionalisme . mudah-mudahan siswa tersebut diberikan hikmah agar bisa bangga terhadap bangsanya sendiri.
Sumber : Klik disini
Rabu, 05 Oktober 2011
Remaja & Nasionalisme
ADA asumsi, remaja sekarang tak punya jiwa nasionalis. Anak muda sekarang berbeda dengan remaja dulu. Sekarang lebih mementingkan egonya. Beberapa dari mereka menolak asumsi tersebut. Menurutnya, tidak benar remaja sekarang tidak punya jiwa nasionalis.
Mereka juga menolak pendapat yang mengatakan anak muda hanya mementingkan ego pribadi. Walau banyak juga yang seperti itu, tapi tidak semuanya. Jadi tidaklah tepat, jika semua anak muda dipukul rata seperti itu hanya karena beberapa orang yang antipati pada negeri ini. intinya masih banyak remaja yang punya jiwa kebangsaan.
Menilai anak muda sekarang bukanlah dengan kacamata dulu. Sebab, situasi dan kondisi-nya berbeda. Zaman dulu, anak muda yang mau mengangkat senjata melawan penjajah, dikategorikan nasionalis. Patokan itu jelas tidak relevan lagi bila diterapkan saat ini. Sekarang perang tak lagi berkecamuk. Karenanya mereka menampakkan rasa nasionalis dalam bentuk yang lain. Misalnya belajar serius dan menghasilkan sebuah karya yang mengharumkan bangsa Indonesia.
Beberapa remaja juga menolak bila nasionalisme selalu dikaitkan dengan perang dan politik. Menurut mereka, dengan tidak melakukan hal-hal negatif, sudah termasuk wujud cinta bangsa. Memakai produk dalam negeri pun bisa dianggap sebagai bentuk cinta tanah air. Bukan cuma pemuda sebagai pelajar, mereka yang kurang beruntung mengeyam pendidikan dan menjadi tenaga kerja juga mempunyai dedikasi yang tinggi pada bangsa ini. Termasuk pemuda pemudi Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri, juga punya jiwa kebangsaan tinggi. Meski hanya kerja sebagai buruh, tapi dedikasi dan keuletan mereka sangat luar biasa. Penghasilan yang didapat di negeri orang, digunakan untuk membangun di kampung halaman. Mereka tetap ingat dengan tanah kelahirannya.
Langkah awal guna menyadarkan remaja untuk cinta tanah air juga bisa dibuat dalam format baru, misalnya setiap kali peringatan hari nasional diadakan kegiatan yang bisa memberikan saluran apresiasi terhadap anak muda. Lebih jauh lagi, di lingkungan keluarga dibentuk satu kebiasaan yang kondusif membentuk semangat patriotisme.
Satu hal yang bisa ditambahkan dalam catatan ini, yaitu bahwa masih banyak remaja yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, aktif dalam suatu komunitas yang dapat memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang kehidupannya di masa yang akan datang, sebagai salah satu contoh aktif dalam kegiatan PIK Remaja merupakan rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara yang dituangkan dalam bentuk kegiatan positif memberikan informasi, edukasi dan advokasi bagi remaja lainnya.
Semoga di hari PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN RI ke-65 ini, Remaja Indonesia semakin menampilkan rasa kecintaannya terhadap tanah air yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulu kita.
BRAVO REMAJA INDONESIA... BRAVO INDONESIAKU... DIRGAHAYU INDONESIAKU.***
Sumber : klik disini
Nasionalisme remaja saat ini
Nasionalisme adalah rasa cinta yang ditunjukan oleh seorang warga Negara terhadap Tanah Air atau bangsa. Saat ini rasa cinta tanah air atau nasionalisme sedikit berkurang apalagi dikalangan remaja, anak muda saat ini cenderung tidak peduli dengan perkembangan yang di Indonesia. Mereka malah mengikuti perkembangan Negara lain, terutama di bidang fashion , music, gaya hidup dan budaya. Hal ini di tunjukan dengan anak muda sekarang yang lebih memilih barang atau merk luang negeri daripada dalam negeri misalnya pakaian, Tas, sepatu, Jam tangan dan accecoris lainnya. Hal ini di sebabkan karena mereka beranggapan bahwa barang dari luar negeri lebih memiliki kualitas yang bagus daripada barang dalam negiri, padahal tidak sedikit juga barang dalam negeri yang berhasil menembus pasar Internasional misalnya Batik dan Bola majalengka yang digunakan saat piala dunia 2006.
Kita sebagai generasi muda yang nantinya akan melanjutkan cita-cita para pahlawan yang rela membela Negara sampai darh penghabisan, kita harus terus memperjuangkan apa yang mereka lakukan agar Indonesia lebih dikenal dan di akui di mata dunia.Hal ini dapat di tunjukan dengan kita mempromosikan budaya-budaya Indonesia seperti Batik, Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Tari Pendet, Pulau Komodo, Bali dll. Dengan melalui Internet atau situs jejering social seperti Facebook, Twitter, my spece dan kita juga bias ikut berprestasi dibidang akademik di kancah Internasional. Langkah awal guna menyadarkan remaja untuk cinta tanah air juga bisa dibuat dalam format baru,
misalnya setiap kali peringatan hari nasional diadakan kegiatan yang bisa memberikan saluran apresiasi terhadap anak muda. Lebih jauh lagi, di lingkungan keluarga dibentuk satu kebiasaan yang kondusif membentuk semangat patriotisme. Padahal banyak anak muda yang berfikir dengan mereka selalu mengikuti upacara bendera, memakai batik kemana-mana, hafal lagu-lagu wajib semua itu sudah menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi.
Tetapi Anak muda sekarang berbeda dengan remaja dulu. Sekarang lebih mementingkan egonya. Beberapa dari mereka menolak asumsi tersebut. Menurutnya, tidak benar remaja sekarang tidak punya jiwa nasionalis.
Mereka juga menolak pendapat yang mengatakan anak muda hanya mementingkan ego pribadi.
Sumber : klik disini
Remaja dan Nasionalisme
ADA asumsi, remaja sekarang tak punya jiwa nasionalis. Anak muda sekarang berbeda dengan remaja dulu. Sekarang lebih mementingkan egonya. Beberapa dari mereka menolak asumsi tersebut. Menurutnya, tidak benar remaja sekarang tidak punya jiwa nasionalis.
Mereka juga menolak pendapat yang mengatakan anak muda hanya mementingkan ego pribadi. Walau banyak juga yang seperti itu, tapi tidak semuanya. Jadi tidaklah tepat, jika semua anak muda dipukul rata seperti itu hanya karena beberapa orang yang antipati pada negeri ini. ntinya masih banyak remaja yang punya jiwa kebangsaan.
Menilai anak muda sekarang bukanlah dengan kacamata dulu. Sebab, situasi dan kondisi-nya berbeda. Zaman dulu, anak muda yang mau mengangkat senjata melawan penjajah, dikategorikan nasionalis. Patokan itu jelas tidak relevan lagi bila diterapkan saat ini. Sekarang perang tak lagi berkecamuk. Karenanya mereka menampakkan rasa nasionalis dalam bentuk yang lain. Misalnya belajar serius dan menghasilkan sebuah karya yang mengharumkan bangsa Indonesia.
Beberapa remaja juga menolak bila nasionalisme selalu dikaitkan dengan perang dan politik. Menurut mereka, dengan tidak melakukan hal-hal negatif, sudah termasuk wujud cinta bangsa. Memakai produk dalam negeri pun bisa dianggap sebagai bentuk cinta tanah air. Bukan cuma pemuda sebagai pelajar, mereka yang kurang beruntung mengeyam pendidikan dan emnjadi tenaga kerja juga mempunyai dedikasi yang tinggi pada bangsa ini. Termasuk pemuda pemudi Indonesia yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri, juga punya jiwa kebangsaan tinggi. Meski hanya kerja sebagai buruh, tapi dedikasi dan keuletan mereka sangat luar biasa. Penghasilan yang didapat di negeri orang, digunakan untuk membangun di kampung halaman. Mereka tetap ingat dengan tanah kelahirannya.
Langkah awal guna menyadarkan remaja untuk cinta tanah air juga bisa dibuat dalam format baru, misalnya setiap kali peringatan hari nasional diadakan kegiatan yang bisa emberikan saluran apresiasi terhadap anak muda. Lebih jauh lagi, di lingkungan keluarga dibentuk satu kebiasaan yang kondusif membentuk semangat patriotisme.***
Sumber : klik disini
setelah membaca jangan lupa beri komentar ya...
Langganan:
Postingan (Atom)