Rabu, 26 Oktober 2011

Nasionalisme remaja aceh mulai terkikis

Semangat nasionalisme anak-anak muda Aceh dan warga Aceh mulai terkikis. Padahal dalam sejarah Aceh tercatat, masyarakat Aceh sejak kemerdekaan sangat cinta pada bangsa ini, dengan dibuktikan menyumbang dua pesawat untuk diplomasi negara ini. Maka demikian, untuk menumbuhkan kembali semangat tersebut, Polda Aceh semakin giat untuk menjalankan program kemitraan yang di dalamnya berisikan hal-hal yang berkaitan dengan wawasan kebangsaa. Implementasi Bhineka Tunggal Ika bagi generasi muda.

Direktur Binmas Polda Aceh Kombes (Pol) Agus Nugroho mewakili Kapolda Aceh dalam sebuah diskusi publik HUT ke-47 Partai Golkar Minggu (23/10) menyatakan, generasi mudah Aceh hendaknya menyesuaikan dirinya dengan kondisi masyarakat Aceh yang Islami serta memiliki wawasan, semangat idealisme dalam rangka ikut membangun bangsa dan negara. Harusnya, kata dia, generasi muda Aceh bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tatanan nilai-nilai budaya Aceh. "Jika dikaitkan dengan budaya Aceh, ada kelompok-kelompok punk di kota Banda Aceh ini. Hal ini kita benahi bersama untuk meningkatkan wawasan kebangsaan dikaitkan dengan nilai-nilai lokal masyarakat sekarang ini,” imbuhnya.

Dia menyampaikan, filosofi kebangsaan sejak reformasi bergulir telah terjadi demokratisasi pada bangsa Indonesia. Dipengaruhi dengan globalisasi dikaitkan dengan perkembangan informasi teknologi dunia. Jika tidak dilandasi dengan sikap cinta tanah air dan wawasan kebangsaan, maka akan terjadi lunturnya nilai-nilai kebangsaan kita. ”Di Banda Aceh saja ada yang tidak tau tentang lagu Indonesia dan lagu-lagu daerah,” katanya.

Dikaitkan dengan masa konflik yang panjang di Aceh berdampak pada aspek ideologi, kamtibmas, agama, sosial, budaya dan ekonomi. Akibatnya dirasakan saat ini. "Hari ini, akibat konflik masa lalu sangat kuat mempengaruhi wawasan dan pandangan rakyat Aceh terhadap cinta bangsa dan tanah air Indonesia yang menurun itu. Tindak pidana kriminalitas meningkat di Aceh, Aceh dijadikan daerah basis latihan militer,” sebutnya.

Oleh demikian, untuk menjadi anak muda yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, maka perlu dilakukan re-orientasi, re-aktualisasi dan re-vitalisasi untuk memunculkan nilai-nilai luhur dalam diri anak muda Aceh. Tahun kemitraan bagi Polri saat ini, lanjut dia, melakukan program-program penguatan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air. Program ini timbul karena dengan data yang kita miliki hingga ke Polsek dan Polres. Salah satunya adalah, program Polisi masuk sekolah, untuk menanamkan rasa kebangsaan, karakter dan budaya bangsa bagi anak-anak bangsa.

Dia melanjutkan, peran tokoh masyarakat Aceh di Aceh tidak disegani lagi. Seharusnya persoalan masyarakat itu cukup bisa diselesaikan ditingkat tokoh masyarakat itu atau tingkat desa/kecamatan saja tidak perlu ditangani polisi. Nilai-nilai polisi yang islami sedang ditumbuhkan di Aceh, seperti menjalankan azaz Tribarata, bersama trilaku Islami, kebijakannya tidak ada satupun polisi yang nakal, melanggar akan ditarik dan diberi hukuman. Program ini dikembangkan Polda Aceh untuk ikut mengarahkan generasi muda Aceh.

Sehingga mereka akan mampu membangun bangsa dan adab Aceh masa depan. Implementasi kebhinekaan itu, tentu diawali dengan memahami adat istiadat budaya Aceh itu sendiri. Kemudian memperkuat karakteristik masyarakat Aceh sendiri.”Untuk kami Polri, sedang diterapkan kebijakan mengutamakan calon polisi berlatar belakang pesantren Aceh, sehingga tidak akan terlalu sulit menjadi polisi yang kuat syariatnya dan bisa menyusaikan dengan budaya adat istiadat masyarakat Aceh,” imbuhnya. (slm)

Sumber : Klik di sini

0 komentar:

Posting Komentar